Thursday, December 18, 2008

Komunitas "Parkour", Bukan Sekadar Loncat-loncat

Selama masih ada dinding untuk dipanjat dan tembok untuk diloncati, tangga tak perlu ada. Mungkin itulah prinsip sederhana dari parkour (baca: parkur). Cepat, tepat, hemat, dan selamat. Seluruh gerakan parkour memang dirancang seefektif dan seefisien mungkin.

Masyarakat Indonesia bisa terbilang masih awam dengan jenis olah raga yang satu ini. Bahkan definisi parkour itu sendiri belum ada yang bisa mematenkan. Apakah olah raga semacam martial art (seni bela diri) ataukah sebuah seni jenis baru. Bahkan ada pula yang menganggapnya sebuah disiplin ilmu hidup.

Bagi traceur (praktisi parkour, traceuses untuk wanita), parkour tak semata kegiatan yang menggerakkan sendi tubuh. Parkour lebih dari itu. Menurut pengakuan beberapa orang traceur, parkour mampu membimbing mereka untuk terus berpikir positif dan optimistis.

Prinsip dasarnya adalah keyakinan untuk mampu melewati setiap rintangan, karena sesederhana itu, parkour tidak membutuhkan perlengkapan khusus selain pakaian dan sepatu yang nyaman, kekuatan tubuh, serta kepercayaan diri. Tak heran jika tempat berlatih bisa dilakukan di daerah permukiman penduduk.

Dalam situs web resmi www.parkourindonesia.web.id, parkour didefinisikan sebagai seni bergerak dan metode latihan natural yang bertujuan untuk membantu manusia bergerak dengan cepat dan efisien. Menggunakan beberapa gerakan seperti berlari, memanjat, meloncat untuk melatih kemampuan manusia untuk melewati segala bentuk rintangan di berbagai situasi dan kondisi di lingkungan urban atau rural.

Dalam sejarahnya, parkour berasal dari kata parcours du combatant yang berarti pelatihan halang rintang untuk sesi militer. Sedangkan istilah traceur adalah sebuah sebutan untuk praktisi parkour, berasal dari kata "tracer`` yang berarti cepat, mempercepat (to trace/to go fast). Seseorang bisa dikatakan traceur jika telah memahami arti, sejarah, dan filosofi parkour.

Parkour dideskripsikan dan dikenalkan ke seluruh dunia oleh David Belle. Pria berkebangsaan Perancis itu terinspirasi dari ayahnya, Raymond Belle, seorang tentara Perancis yang akhirnya bergabung dengan sapeurs-pompiers (pemadam kebakaran militer). Menurut David, parkour dapat berguna sebagai pertahanan diri dalam keadaan tidak terduga. Saat martial art bisa disebut sebagai sebuah bentuk latihan untuk fight (bertarung), parkour merupakan suatu bentuk latihan untuk flight (kabur/meloloskan diri).

Dimulai dari Kota Lisses, David Belle bersama Sebastian Faucan, menjelajahi Perancis untuk mengenalkan parkour. Mereka sempat bertemu dengan para remaja yang tertarik dengan parkour lalu membuat sebuah grup yang dinamai "Yamakasi". Sayang, ketika Yamakasi hendak difilmkan pada tahun 2001, antara David dan Sebastian terjadi perbedaan prinsip sehingga keduanya berpisah. Selanjutnya film "Yamakasi" dibuat tanpa kehadiran mereka.

Dilatarbelakangi oleh keinginan Sebastian untuk membuat gerakan parkour terlihat lebih indah, David kemudian berbeda pandangan dengan teman masa kecilnya itu. Penambahan gerakan salto yang disisipkan dalam gerakan parcours du combatant, dinilai David sangat bertolak belakang dengan originalitas parkour. Menurut dia, gerakan salto sangat tidak efisien. Setelah berpisah, Sebastian tetap mengenalkan gayanya yang kini disebut sebagai free-running.

Pada dasarnya, prinsip parkour telah ada dalam diri masing-masing manusia. Hanya saja, masih berupa kekuatan terpendam yang perlu diasah sebelum bisa bermanfaat. Intuisi manusia memegang peranan penting ketika melakukan gerakan parkour. Di mana presisi (ketepatan) mendarat setelah melompat hanya bisa diukur oleh diri sendiri.

Perkembangan parkour dapat dibilang mengejutkan. Parkour telah dikenal luas hanya dengan melalui situs dunia maya. David Belle rupanya tidak perlu mengenalkan parkour secara langsung. Karena melalui video, film, blog (catatan harian), testimoni (kesaksian), serta interaksi jejaring para traceur telah membuat filosofi parkour melanglang buana.

Meski begitu, banyak orang awam yang melihat gerakan-gerakan parkour sebagai sesuatu yang ekstrem dan menantang bahaya. Menurut Fadli, seorang traceur asal Jakarta yang ditemui di sela jamming (berlatih bersama) di lingkungan kampus ITB, parkour bukanlah sesuatu yang ekstrem. Tidak hanya berhubungan dengan nyali, tetapi sangat berhubungan erat dengan pikiran matang, latihan fisik dan teknik yang terus menerus dilakukan. "Gerakan-gerakan yang terlihat dari video seperti yang dilakukan David Belle dan anggota Yamakasi merupakan hasil dari sebuah latihan panjang selama belasan tahun," katanya.

Berdasarkan catatan Dave Sedgley, seorang traceur dalam situs web parkour.net, orang terkadang menganggap lebih kemampuan dirinya. Seringkali, orang yang sembrono atau terlalu nekat seperti itu, tidak memperhitungkan risiko sehingga mendapat cedera yang serius. Di dunia parkour, sikap terbaik adalah menggabungkan badan dan jiwa, kekuatan dan pengendalian. Akan sangat aneh jika bermaksud "mencari kebebasan" (dalam parkour), tapi akhirnya patah tulang dan duduk di kursi roda.

Dekan Fakultas Pendidikan Keolahragaan dan Kesehatan (FPOK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Amung Ma`mun menilai, tak salah jika parkour disenangi kaum muda. Dengan segala gerakannya yang lincah dan berenergi, disebutkan Amung, sangat pas bagi generasi muda karena masih memiliki kemampuan dasar yang bagus walau sebetulnya praktisi parkour tak mengenal usia.

"Saya rasa, parkour bisa dikategorikan sebagai olah raga meski belum berupa sebuah cabang olah raga. Pada intinya, olah raga itu bergerak dan melatih keterampilan. Dan menurut saya, komunitas parkour adalah sebuah tempat yang baik untuk menyalurkan energi dan bersosialisasi," katanya.

Ia memprediksikan parkour akan semakin berkembang karena banyaknya peminat. Amung juga menyatakan olah raga ini tidak seekstrem yang terlihat. "Perlu kehati-hatian ketika melakukannya. Jangan sembarangan melompat, dan lakukan seluruh gerakan secara terkendali disertai kematangan berpikir akan resiko cederanya," ujar Amung.

Kesederhanaan lain dari parkour yaitu ketiadaan tingkatan di antara traceur. Sejak awal David Belle menolak adanya kompetisi dalam parkour. Menurut dia, kompetisi bisa membuat seseorang merasa lebih baik dari yang lainnya. Padahal parkour tidak ditujukan untuk mengalahkan orang lain.

Mengenai hal ini, sebuah kampanye datang dari beberapa praktisi parkour. Mereka menentang keras adanya kompetisi dan rivalitas di dalam parkour yang mengutamakan kebebasan. Kompetisi juga disebutkan hanya akan mendorong seseorang untuk mengalahkan orang lain yang disaksikan oleh penonton atau hanya akan menambah keuntungan oleh beberapa korporasi yang hanya mengambil keuntungan dari parkour.

Lebih lanjut lagi, parkour adalah cara hidup dan cara belajar untuk menguasai kemampuan diri agar terus berkembang ke level fisik yang lebih sehat. Seperti yang dikatakan David Belle, "Sewaktu berlari, saya akan menentukan suatu lokasi sebagai objek. Lalu berkata pada diri sendiri, saya akan pergi dan langsung menuju ke situ secepat mungkin. Tak ada halangan yang akan menghentikan saya." (Eva Fahas/"PR")***

Source: Pikiran Rakyat (Surat kabar terbesar di Jawa Barat)
http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=48427

No comments: