Tuesday, July 31, 2012

Monday, July 30, 2012

Masang Linksys EA4500 dan ngoprek Cisco Connect Cloud

Akhirnya setelah sekian lama penasaran pengen nyoba setting wireless router sendiri, hari ini kesampean juga. Hari ini gw nyobain ngeset sendiri router Linksys EA4500 Smart Wi-Fi Router buat disambung ke modem Cisco bawaan waktu pasang Fastnet di rumah. Sodara gue udah pake wifi router Cisco juga yang beda tipe buat koneksi Fastnet dia, tapi waktu itu gue nggak tau setting-settingnya, pas balik ketemu pas udah tinggal pake aja.

Dulu pas jaman kuliah ngobrol sama temen yang tukang ngubek-ngubek router kedengerannya ribetbener sampe musti atur IP sana sini, jadi pas tadi gue buka box Linksys ini udah siap ketemu sama buku manual yang lumayan tebel. Eh pas gue buka ternyata cuma ada modem, kabel power, kabel ethernet, sama CD doang sekeping. Instruksi di cover CD-nya cukup jelas sih, sebelom ngeset ini itu, disuruh nyalain setup dulu. Nggak usah khawatir, udah Windows & Mac ready ternyata.

Setelah instruksinya keluar, baru deh gue sambung-sambungin router sama modem Fastnet, nggak ada 15 menit udah kelar setting, koneksi lancar, wifi udah pake password, malah ada access point khusus buat guest. Langkah selanjutnya kalo kata CD setup sih disuruh bikin akun di ciscoconnectcloud.com.

Nah, jadi ternyata semua settingan buat router Linksys EA4500 itu diaturnya dari dalem sini. Ada beberapa fitur (di dalem menunya sih dibilang App) yang oke punya yang menurut gw cocok banget buat rumah apa kantor kecil:

  • Device List, standar lah sesuai namanya buat ngasih tau ada berapa banyak device yang lagi di network kita.
  • Guest Access, sesuai namanya, buat ngasih akses ke tamu biar gak ngubek-ngubek komputer/laptop yang ada di network kita. Maksimum bisa buat 50 guests. Asiknya yang ini tiap guest mau masuk, bakal ketemu login page di web browser mereka. 
  • Parental Controls, nah yang ini buat yang masih punya anak bocah, kalo lagi mau disetrap disuruh belajar gampang, akses internet buat devicenya tinggal diblok. Atau nggak mau dibikin akses internet cuma bisa dari jam 6 sore sampe jam 10 malem gitu juga bisa. Blokir langsung URL juga bisa di dalem fitur ini.
  • Media Prioritization, kalo yang ini jelas buat ngatur konsumsi speed. Yang desktop/laptop yang sering dipake live stream tinggal digiring masuk ke high priority. Selain itu bisa priority by app sama online games juga. Buat yang LDR pasti males kan lagi tengah-tengah call terus call dropped? Atau lagi asik main game kena lag akut?
  • Speed Test, ini sih standar banget ya, mirip lah sama speedtest.net.
  • USB Storage, kalo yang ini macem bikin cloud sendiri buat di rumah, buat setor file jadi satu, jadi routernya tinggal disambung storage yang kapasitasnya cukup buat serumah/sekantor aja.

Ada lagi yang menarik dari Cisco Connect Cloud ini: ada app-nya buat iOS! App bisa dipake buat ngontrol menu-menu yang ada di ciscoconnectcloud.com tadi via iOS device. Kali aja pas lagi nggak ada di rumah terus ada yang nyusup ke network, ya bisa tinggal blok. Ada temen dateng ke rumah pas kita nggak di rumah dan seenaknya nyalain komputer kita buat internetan? Tinggal blok. Gampang.

Singkat cerita, Linksys EA4500 ini menurut gue sangat recommended buat home / small office use, mungkin yang speed-nya udah orde 2mbps ke atas ya. Buat yang mau bikin hostel / kafe / tempat nongkrong juga cocok nih pake wireless router ini. Dia punya 4 output buat ethernet cable, USB-nya juga kalo nggak salah bisa buat printer sharing. Setup-nya juga gak ribet, tinggal klik sana sini, interface-nya enak.

Review dari CNET ngasih 4/5 buat router ini, di trusterreviews.com juga ngasih 8/10.

Sayangnya ini bukan tipe router yang bisa dicolokin ke USB modem, kalo bisa sih ya makin kece lah ini router. *ngelunjak*

Demikianlah review singkat dari orang buta jaringan kayak gue ini. Makasih banyak ya Cisco buat router-nya!

Saturday, July 28, 2012

Tuesday, July 17, 2012

Catatan perjalanan Parkour Indonesia di tahun yang kelima oleh Muhamad Fadli

Tulisan di bawah ini adalah repost dari tulisan Fadli yang ada di Kompasiana tanggal 17 Juli 2012 berjudul "Dirgahayu Parkour Indonesia". Paling ada minor edit di typo dan pemisahan paragraf. Selamat menyimak!

---

Tidak terasa sudah 5 tahun semenjak 17 Juli 2007 Parkour Indonesia berdiri. Banyak cerita suka dan duka di dalamnya. Banyak proses jatuh bangun sampai akhirnya wadah untuk pecinta seni-displin asal Perancis ini bisa menjadi bentuk seperti sekarang ini. Komunitas yang awalnya hanya dimulai dari sebuah forum independent di dunia maya namun berlanjut menjadi satu bentuk komunitas yang terus menerus mulai merambah lintas kawasan, gender, usia, serta berbagai karakter manusia yang ada di Indonesia.

Saat beberapa orang menilai kita hanya sekelompok orang begajulan, suka loncat-loncat kayak kutu loncat, dan segala jenis sebutan bagi mereka yang belum pernah mengenal istilah Parkour. Tapi kita tidak merasa kecil hati karena kita sangat memaklumi pendapat orang yang belum mengenal apa itu parkour.

Untuk itulah di 5 tahun yang lalu sebuah forum yang dikhususkan untuk para penggiat Parkour Indonesia dibentuk. Salah satu tujuannya adalah memperkenalkan apa itu parkour ke masyarakat serta meminimisasi tanggapan-tangggapan miring seperti yang saya sebutkan diatas. Parkour Indonesia mencoba untuk menyebarkan nilai-nilai dan sisi positif dari parkour yang telah banyak mengubah hidup para praktisinya menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Lebih sehat, lebih gesit, lebih kuat, dan lebih bijaksana dalam kehidupannya sehari-hari.

Belajar, Beraksi, Berbagi

 Sedikit flashback tentang sejarah terbentuknya Parkour Indonesia di awal-awal. Semua orang mengenal Parkour tentu dari film Yamakasi dan Distric 13 (Banlieu 13) yang sempat masuk ke layar lebar tanah air beberapa tahun lalu. Semenjak saat itu, mulailah orang mencari tahu kira-kira gerakan apa yang dilakukan para pemeran utama di film tersebut. Sampai akhirnya beberapa orang akhirnya menemukan kata-kata Parkour yang biasa didefinisikan seni berpindah tempat dari titik A ke B seefektif dan seefisien mungkin hanya dengan memanfaatkan kemampuan tubuh manusia itu sendiri yang dilakukan di rute tertentu dalam lingkungan kita.

Atau secara gampangnya parkour itu digambarkan dengan gerakan berlari, melompat, dan memanjat dengan cepat dan teratur mengikuti ritme lingkungan yang ada.Parkour sendiri ditemukan oleh David Belle asal kota Lisses, Perancis yang semulanya mengadopsi latihan halang rintang militer dan methode naturalle yang diajarkan oleh ayahnya Raymond Belle, seorang veteran tentara dan pemadam kebakaran.

Pengetahuan tersebutlah yang akhirnya membimbing para praktisi pendiri komunitas Parkour Indonesia untuk mulai berlatih bersama serta membentuk wadah khusus untuk pecinta parkour di Indonesia. Mengadopsi materi dari forum parkour internasional di dunia maya bernama Parkour.net, para pendiri mulai menyebarkan virus positif dari parkour dengan membangun forum sendiri di www.parkourindonesia.web.id yang resmi dibuat pada tanggal 17 Juli 2007 lalu.

Mulai saat itu, banyak praktisi yang akhirnya mulai bergabung dan menimba ilmu melalui forum tersebut walaupun di awal banyak keterbatasan yang dimiliki oleh para pendiri pada saat itu. Komunitas kami memulai latihan langsung yang saat itu istilahnya hanya berlatih tanpa arahan yang jelas. Tapi kami terus berlatih dan bergerak sedikit demi sedikit sambil terus mempelajari konsep parkour sesungguhnya. Belajar dan beraksi atau kadang beraksi sambil belajar. Sampai akhirnya kami menemukan kata-kata: “Apa tujuanmu berlatih parkour?”.

Semuanya pasti ingat dengan kalimat itu. Pertanyaan itu bukan pertanyaan yang tidak penting yang sebagian orang mulai lupa dan lebih memilih berkata: “Ngapain sih nanya-nanya kayak gitu. Intinya just do it, no philosophy question!”. Kata-kata miring seperti itu sebenarnya banyak berdampak bagi orang yang mau mendalami dengan serius. Kata-kata yang tidak membantu untuk membangun karakter orang tapi hanya bermaksud untuk sindiran kepada suatu kelompok tertentu. Padahal pertanyaannya: “Apa tujuan berlatih parkour?”

Pertanyaan itu bahkan menjadi pertanyaan salah satu praktisi anak didik David Belle asal Perancis datang ke Indonesia di tahun 2010 lalu. Dia sempat bertanya pada salah seorang praktisi: “Apa tujuanmu ikutan parkour? Bila hanya untuk menjadi kuat saja, apakah itu cukup? Kalau hanya tujuan biar supaya kuat saja, berarti itu termasuk show off,” kata Thomas Couetdic. Masing-masing individu punya motivasi dan tujuan berbeda. Semakin lama dia belajar tentang parkour maka tujuannya pun akan semakin diketahui.

Seperti Daniel Giovanni, salah satu pengurus di Parkour Indonesia yang memiliki tujuan sederhana dalam berlatih parkour. Saat diwawancarai beberapa waktu lalu, Daniel berkata bahwa ia berlatih parkour supaya ia siap sedia dalam keadaan darurat dan emergency. Ia menyadari bahwa tidak ada yang tahu kapan sesuatu darurat itu terjadi, hal itulah yang membuat ia tetap konsisten berlatih parkour semenjak akhir 2007 sampai saat ini.

Tidak hanya belajar dan mempraktekkan saja, beberapa praktisi parkour juga merasa nilai-nilai serta manfaat dari parkour perlu juga dibagikan kepada mereka yang ingin mengenal atau bahkan ingin ikut berlatih mengembangkan diri melalui parkour. Berpegang pada semangat ingin berbagi tersebutlah beberapa komunitas Parkour di Indonesia memperkenalkan kelas parkour untuk pemula serta memanfaatkan kekuatan media untuk mempromosikannya. Tanpa registrasi tertentu yang membingungkan, kelas parkour untuk pemula tersebut terus dijalankan.

Beruntung buat Parkour Indonesia, beberapa praktisinya sempat menimba ilmu belajar dari beberapa praktisi parkour yang lebih berpengalaman bahkan langsung ke negera tempat Parkour berkembang. Seperti Aditya Tirto, salah satu founder Parkour Indonesia yang sempat belajar dari praktisi berpengalaman di Australia Parkour Association. Tidak hanya belajar mengenai materi latihan saja, Adit juga belajar banyak mengenai cara membuat wadah Asosiasi dalam mengelola komunitas parkour.

Selain Adit, nama seperti Willy Irawan juga rela menginvisetasikan biaya dan waktunya untuk terbang ke Inggris dan langsung belajar dari Parkour Generation, organisasi parkour yang didirikan oleh para anak didik David Belle. Selama kurang lebih dua pekan Willy menetap disana dan masuk ke dalam program latihan yang disebut ADAPT (Art Du Deplacement and Parkour Teaching) Certification Level 2.

Kedua praktisi diatas tidak bermaksud untuk mendapat apresiasi lebih atau sekedar menunjukkan bahwa mereka orang yang “mampu” dalam segi finansial dan berkompeten untuk “menggurui” kepada praktisi parkour lain. Passion mereka sama dengan praktisi lainnya, berbagi semua hal positif tentang parkour dengan caranya masing-masing.

Semua orang dalam komunitas parkour berbeda cara untuk sharing atau berbagi tentang parkour. Tidak harus mengikuti jejak kedua praktisi di atas. Yang penting adalah passion untuk berbagi tetap harus ada dibenak setiap praktisi parkour. Walaupun yang terlihat selama ini, banyak orang yang bisa dan mampu baik dari segi teknik dan skills di parkour, tapi hanya sedikit yang mau berbagi. David Belle pun sempat mengungkapkan dalam kredit di video documenter Pilgrimage journey buatan Duncan Germain tentag pentingnya berbagi ilmu tentang parkour:

”Ajarkanlah orang-orang ini.. Jika kamu memahami parkour, maka sebarluaskan pengetahuan tersebut kepada orang lain, anak-anak, teman, ataupun kepada mereka yang memiliki pengetahuan yang kurang tepat ataupun kurang lengkap mengenai parkour. Jika kamu kurang yakin maka buka mata, telinga, dan belajarlah. Hanya terdapat satu-satunya parkour dan itu merupakan metode yang diwariskan kepada David Belle oleh ayahnya – berbagai bentuk disiplin lainnya adalah untuk dihormati tetapi tetap saja merupakan suatu bentuk disiplin yang lain, dan parkour sejati masih berada di luar sana. Parkour diketahui oleh umum dan jumlah orang yang mempelajarinya terus bertambah.”

"Jika kamu berniat untuk menolong – jika kamu adalah traceurs sejati dari lubuk hati – maka kamu tidak akan bergerak maju sendirian, tetapi kamu akan menuju ke barisan terbelakang dan menolong orang lain untuk maju bersama kamu.”

“Guru terbaik bukanlah mereka yang mempunyai murid yang baik. Guru terbaik adalah guru yang bisa menciptakan guru-guru berikutnya.”

Kalimat diatas yang membuat para praktisi parkour di Indonesia memiliki hasrat penuh untuk berbagi. Bukan untuk memilik prestasi, tapi murni untuk berbagi. Jatuh Bangun Melewati Rintangan. Sepanjang jalan mengikuti proses “belajar, beraksi, berbagi” bersama Parkour Indonesia memang tidak semudah dan semulus yang dibayangkan. Banyak suka duka dan jatuh bangun didalamnya. Ada proses seleksi alam di dalamnya bahkan proses yang penuh dengan rintangan.

Bukan hanya orang yang datang dan pergi di parkour saja. Terkadang kami dicerca, dijelek-jelekkan, dianggap komunitas parkour “sok paling benar”, diadu domba, bahkan masuk ke wilayah social media yang salah satu contohnya adalah membajak beberapa situs social media milik salah satu komunitas Parkour di Indonesia. Tapi apa itu semua membuat kita luntur semangat? Oh, tentu tidak. Itu wajar saja. Kita hidup di dalam wilayah yang terdiri dari banyak kepala. Dan kejadian-kejadian pahit itu justru kami anggap obstacles yang harus tetap dilalui dengan senyuman.

Inilah Parkour. Proses belajar melewati obstacles. Sesuatu yang kita pelajari selama ini. Jadi kami tetap jalan secara gerilya di “bawah tanah” dan tetap menjalankan proses “belajar, beraksi, berbagi” dengan cara kami sendiri. Parkour Indonesia tetap menyebarkan semangat parkour yang telah kami dapat dari para pendiri parkour dan tetap menjaga originalitasnya. Kami tidak tahu apakah konsep parkour yang kita pahami ini adalah yang paling benar, yang kita tahu konsep parkour yang kami jalani adalah konsep yang paling mendekati dengan jiwa dan passion kami terhadap parkour yang dikembangkan oleh David Belle.

Lucunya, masih ada yang menganggap bahwa komunitas kami adalah komunitas yang tidak bisa menghargai perbedaan, komunitas yang membatasi kreatifitas orang lain, atau komunitas yang “marah-marah” karena merasa iri dengan prestasi lain. Hal itu tidak kami gubris dan dipedulikan, karena hanya menghabiskan energi saja. Kami hanya menganggap bahwa kata-kata itu hanya buat mereka yang tidak mau membuka mata, hati, dan telinga mencerna apa yang kami maksud dengan konsep kami. Justru komunitas Parkour Indonesia sangat menghargai perbedaan, bisa dilihat contohnya bahwa beragam usia dan latar belakang bisa berpatisipasi dalam kegiatan Parkour Indonesia, tidak memperdulikan dia jago atau tidak, dia baru atau tidak. Kami juga mendukung kreatifitas orang lain dengan cara yang penuh moderasi tanpa harus mematahkan nilai-nilai prinsip parkour. Meskipun jaman telah berubah, kami tetap pada prinsip parkour awal namun tetap mendukung kreatifitas orang lain untuk bergerak.

Jadi intinya Parkour Indonesia tetap maju dan tetap mendukung satu sama lain. Kami bukan komunitas mayoritas atau komunitas parkour yang paling dominan di Indonesia. Tapi kami adalah keluarga besar yang berbicara dalam satu semangat kekeluargaan dan terus menyebarkan semangat bahwa parkour bukan sekedar loncat-loncat semata. Tidak berambisi untuk menjadi sesuatu tertentu, tidak muluk-muluk ingin dikenal prestasi melalui medali. Karena prestasi dan medali terbaik buat kami adalah hal yang tidak bisa dinilai dengan uang, yaitu kesehatan, kekuatan, kegesitan dari Sang Pencipta yang telah menjadi berkah untuk digunakan sebaik mungkin secara bijak dan dimanfaatkan untuk membantu sesama.

Parkour Indonesia juga tidak bertujuan untuk membesarkan komunitasnya sehingga menjadi komunitas yang dominan. Yang kami kembangkan dan kami besarkan adalah parkour-nya, bukan komunitasnya. Dan sebagai pernyataan saya terakhir dalam tulisan ini adalah selamat ulang tahun buat Parkour Indonesia dan untuk semua masing-masing individu di dalamnya. Saya bangga dengan kalian semua. Untuk info lebih jelas tentang Parkour Indonesia, silakan berkunjung ke website, Facebook Page, dan akun Twitter resmi milik Parkour Indonesia.

 

Thursday, July 5, 2012

Cerita gue mulai dari nggak tau sampai akhirnya dukung Faisal-Biem

Sebelom mulai baca, mungkin elo aneh kenapa gue mendadak ngomongin politik tai kucing di blog gue ini. Apa yang gue tulis di bawah ini murni pendapat gue sendiri dan gue gak dibayar sepeserpun buat ini. Kalo udah keburu males silakan close window/tab-nya, kalo mau baca monggo :)

---

Beberapa bulan lalu gue sama sekali clueless pas denger nama pasangan cagub-cawagub DKI Faisal-Biem. Pelan-pelan mulai tau kalo Faisal-nya itu Faisal Basri, yang sebenernya tetep aja gue gak tau dan cuma kepikir "rasanya pernah denger nama ini di mana gitu", dan Biem-nya ternyata Biem Benyamin, politisi yang juga anak dari Benyamin Sueb. Udah aja cukup sebatas itu dan belom ada keinginan buat tau lebih banyak karena waktu itu gue merasa cukup sreg sama salah satu pasangan cagub-cawagub lain yang menurut gue lebih kompeten karena udah pernah mimpin suatu kota.

Timeline Twitter yang tadinya masih adem ayem dari info pilkada pelan-pelan mulai muncul akun-akun untuk kampanye, beberapa calon juga utilize Youtube channel dan salah satunya Faisal-Biem. Yang menarik adalah pas waktu itu gue buka channelnya, gue ketemu selusin video mulai dari seleb, seniman, sampe aktivis yang ngasih testimonial buat Faisal-Biem. Semuanya key message-nya hampir sama, ngajak viewernya buat ikut dukung calon independen yang gak perlu bales budi ke partai politik tapi ke warga.

Setelah nonton beberapa videonya gue cuma kepikir: "Gila, dibayar berapa ya orang-orang ini yang ada di video sampe mau ngasih testimonial kayak gitu?". Dan nggak lama dari itu pertanyaan gue terjawab pas @pandji ngetwit kalo testimonial yang ada di video itu dia nggak dibayar. Agak susah nerima kenyataan kayak gitu karena yang gue tau kebanyakan mainan politik sini tuh suara bisa dibayar. Yah tapi untuk urusan ini gue percaya aja.

Tanggal 24 Juni kalo gue nggak salah itu kickoff-nya kampanye para cagub-cawagub, dimulai sama acara debat yang dibikin sama tvOne. Di debat ini keliatan banget mana cagub-cawagub yang menurut gue jawabannya pake template dan akhirnya gak jelas ngejawab apa nggak, tapi ada juga yang emang bener-bener keliatan nguasain apa yang dia omongin. Dan di acara ini gue condong pro Faisal-Biem karena mereka bisa deliver message paling jelas dibanding calon lainnya dan yang paling penting buat gue: REALISTIS. Turnoff-nya buat gue paling cuma pas Biem Benyamin ngajak yel-yel di akhir debatnya yang agak bablas dari durasi yang ada.

Besoknya, poster mulai nempel di mana-mana, apalagi kalo udah masuk jalan utama, sejauh mata memandang pasti nemu poster/spanduk cagub. Ada yang masangnya pake etika, ada juga yang asal menuh-menuhin tembok. Seputar iklan bentuk video juga ada yang diputer mulai dari bioskop sampe radio lengkap sama lagu yang menurut gue sangat catchy dan gampang nempel di kepala. Kalo di sepanjang perjalanan gue naik motor dari Cipete ke tengah kota paling sering ketemunya cuma poster 3 dari 6 cagub. Entah yang lainnya emang kurang gencar apa emang nggak ada duit, termasuk poster Faisal-Biem yang jarang gue temuin. Tapi ini kebalikannya di timeline Twitter gue, pasangan independen ini justru gaungnya lebih kedengeran.

2 minggu jelang pemilihan, timeline makin rame. Yang mulai jelas-jelas nunjukin dukungan ada, yang nyerang ada, yang apatis ada, yang bukan KTP Jakarta tapi ikut bersuara juga banyak. Pasangan Faisal-Biem (untuk selanjutnya gw singkat FB aja ya) juga keliatan makin banyak gaungnya di dunia maya, terutama setelah @pandji ngepost tulisan Gimme5 tentang dukungannya buat FB yang cukup gampang dicerna buat orang yang menurut gak doyan sama bahasa kampanye yang terlalu kaku.

Tagline Berdaya Bareng Bareng yang dibawa sama FB ini mulai berasa pas muncul ajakan-ajakan untuk terlibat di kampanye mereka dalam bentuk apply jadi relawan, ngasih donasi via transfer, fundraising via jualan kaos, sampe jadi saksi di TPS terdekat tempat domisili kita nyoblos. Gue sendiri cukup kepincut sama satu desain kaos jualan mereka dari akun @FaisalBiemShop yang waktu itu ada yang retweet dan masuk ke timeline gue, kaosnya simple, cuma ada tulisan "independen" yang ngejejer bareng kata yang sama tapi di berbagai bahasa, gue pikir: "Kalo FB gak jadi menang jadi cagub juga kaosnya tetep bisa gue pake, desainnya lumayan oke punya ini". Selain itu di timeline juga ada info dari tim FB buat jadi saksi di TPS. Gue coba apply via SMS dan direspon cukup kilat, paling nggak lewat calon gubernur ini gue bisa dapet kesempatan gimana rasanya ikut partisipasi di so-called pesta demokrasi.

Hari Rabu siang, 4 Juli 2012, gue lagi scroll timeline dan nemu @dondihananto sama @uberfunk yang ngasih info kalo malemnya bakal ada diskusi umum bareng FB di Warung Daun Cikini, gue pikir seumum-umumnya juga pasti yang dateng ya yang diundang aja, ternyata sama @anggasasongko dibales kalo diskusinya open for public, siapa aja boleh dateng, bebas. Dan akhirnya sore itu gue memutuskan untuk dateng ke Warung Daun. Pas gue nyampe sana pas setengah 7 sesuai info yang ada di tweet, orang-orang yang keliatannya tim kampanyenya FB udah ada, beberapa peserta diskusi juga udah dateng. Diskusinya sendiri baru mulai sekitar jam 7an setelah Faisal Basri dateng. Biem Benyamin nggak keliatan, kalo nggak salah denger sih baru kelar kampanye di daerah mana gitu (dan akhirnya emang gak dateng sih). Yah yang penting calon DKI1-nya udah ada deh ya.

Faisal Basri ngebuka diskusi tentang awal mula pencalonan dia jadi cawagub sama beberapa update terbaru seputar kampanyenya. Kalo gue gak salah tangkep, pencalonan dia itu awalnya adalah bentuk eksperimen politik, yang ternyata berlanjut sampe ke babak nyoblos. Eksperimen ini bukan berarti nunjukin kalo anti-partai, tapi beliau bilang lebih ke "menegur partai" yang selama ini ya kita semua tau lah ya posisinya gimana. Kalo eksperimen ini berhasil, berarti nanti warga bisa nunjukin kalo masih ada yang namanya kekuatan warga, dan menurut gue, siapa tau di 2014 nanti ada yang sejenis dan bisa diaplikasiin lagi.

Jawaban seputar kenapa jarang banget ketemu spanduk/poster FB di jalanan juga kejawab, beliau bilang kalo semuanya ngandalin donasi warga. Malah untuk bikin 200 spanduk waktu itu pake donasi yang berhasil dikumpulin setelah nyebar infonya di Twitter. Menarik. Setelah beliau ngebuka, diskusi dikasih istirahat sebentar buat makan malem prasmanan. Asik makan gratis!

Diskusi berlanjut dengan @sociotalker yang live kultwit seputar progress kampanye FB. Dari beberapa survey, ada survey yang hasilnya FB ada di paling tinggi. Survey ini dibikin sama Liputan 6 SCTV dan sistem votenya pake FB like (CMIIW). Gue udah baca result ini dari beberapa hari sebelomnya dan cuma mikir kalo ini cuma hasil survey Facebooker doang, mana bisa ngewakilin Jakarta, tapi dia nyeritain angle yang lain kalo segimanapun sumber surveynya, hasilnya itu bisa berguna buat ngebangun optimisme pendukungnya.

Kemudian ada @dondihananto juga yang (kalo gak salah) nanya seputar gimana kalo ada orang yang nanya balik: "Apa bedanya sama cagub-cagub lain yang ngasih janji doang?". Faisal Basri ngejawab cerita waktu dia kunjungan ke daerah miskin, dia dapet pertanyaan yang sama dari ibu-ibu di sana: "Nanti kalo udah menang biasanya lupa sama warga", jawaban FB cukup menarik: "Saya nggak akan lupa sama warga, soalnya kalo warga ninggalin saya, besar kemungkinan saya bakal dihantam sama DPRD".

Di tempat kunjungannya itu beliau juga sempet minta saweran ke warga, awalnya dia takut kalo responnya bakal zonk, tapi ternyata ibu-ibu di sana semangat untuk ikut saweran dan berhasil kekumpul sekitar 400 ribu rupiah. Saweran ini dipake buat pengelolaan poskom FB di daerah tempat sawerannya dibikin.

Semua di sana sadar kalo kampanye FB ini gaungnya gede di social media, yang kalo @adhityamulya nambahin, ini mirip kayak Obama, tapi bedanya warga Amerika itu kelas menengahnya jadi mayoritas, atau mungkin kasarnya yang Twitter-an itu mayoritas. Lain sama Indonesia, termasuk Jakarta, yang kelas menengahnya itu meskipun banyak tapi tetep aja bukan mayoritas. @sociotalker sempet bilang kalo masing-masing kita yang tau FB via socmed bisa bawa 3 orang non-socmed user ikut milih FB itu udah bagus, tapi @adhityamulya nambahin lagi gimana kalo nggak 3 tapi 300, soalnya daya amplifikasi socmed kan cukup gede. Ini emang PR banget tapi bukan nggak mungkin juga buat dicoba. Toh medianya banyak, rata-rata orang Indonesia punya FB Friend orde ratusan (lha bokap gue aja yang jarang FB-an friendnya 1000 :D), belom lagi Twitter, blog, dll.

Bentuk keterlibatan warga di kampanye FB ini bener-bener diangkat, selain apply jadi saksi di TPS terdekat, @TimFaisalBiem juga lagi bikin sistem supaya temen-temen yang non-KTP Jakarta bisa juga ikut terlibat jadi saksi online. Gimana caranya? Tongkrongin aja tweet dari mereka dalam beberapa hari ini. Diskusi selesai sekitar pukul 10 dan gue baru nyadar kalo @inggriasto juga akhirnya dateng ke Warung Daun dan sempet curhat transportasi publik ke Faisal Basri. Semoga ntar doi nulisin juga pandangannya seputar cagub-cawagub ini.

Img_8251

Dateng ke diskusi umum ini buat gue jadi satu pengalaman baru, mirip kayak yang gue tonton video-video dokumentasi kampanye Obama yang isinya memberdayakan warga untuk spread the message ke sesama warga yang lain jadi waktu dia menang yang merasa menang bukan cuma dia tapi semua warga yang udah terlibat di prosesnya juga.

Akhir kata, kalo elo punya KTP Jakarta dan punya hak pilih di tanggal 11 Juli nanti, jangan sampe nggak nyoblos! Tanggalnya itu emang lagi liburan sekolah sih, tapi semoga masih banyak warga Jakarta yang peduli untuk mempersingkat liburannya supaya bisa nyoblos di hari Rabu depan. Buat yang apatis dan nggak percaya lagi sama cagub-cawagub, tetep aja dateng ke TPS dan tetep kasih suara elo, mungkin elo bisa coblos semua foto calonnya, atau mungkin bawa spidol sendiri terus nulis "POLITIK TAI KUCING" atau "BANGKE LAH PALING JANJI DOANG" di kertasnya, yang penting jangan sampe nggak nyoblos soalnya bukan nggak mungkin kertas kosong yang jadi hak elo itu bakal dipake sama orang-orang gak bertanggung jawab buat kepentingan mereka.

Saya Daniel Giovanni dan saya bakal nyoblos Faisal-Biem di tanggal 11 Juli nanti :)